Beberapa pemikiran yang berkembang mengklaim sebagai pemikiran yang bisa membawa kebaikan di masa depan. Mereka mencoba mencari jalan tengah antara agama-agama yang ada dengan menggunakan hasil pemikiran segelintir orang. Hal itu sesungguhnya menyiratkan pesan ‘ketidakperluan agama’ dalam hidup ini. Mereka berharap penganut agama tidak merasa paling benar dalam beragama. Mereka menganggap “agama” yang mereka tawarkan lebih berbobot dari agama yang sudah ada sebelumnya.
Tetapi klaim dari mereka menyiratkan arogansi. Merasa paling benar. Itu terbaca dari cara mereka memandang semua agama adalah sama. Hal tersebut menjadikan agama-agama selama ini menjadi sub-ordinat “agama” mereka. Hasil pemikiran mereka dijadikan pedoman hidup mengalahkan pedoman hidup suci dari Allah yang Maha Kuasa.
Salah satu pendapat kelompok tersebut adalah mengatakan bahwa Islam terlalu kaku (Hitam-Putih). Dari kelompok mereka ada yang memandang jilbab adalah budaya arab, tidak wajib bagi muslimah non-arab. Mereka mungkin hanya melihat tekstual perintah Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam kepada Fatimah dengan kacamata kuda, yaitu “perintah Nabi ke Fatimah”.
Kenapa kelompok tersebut berpendapat begitu? Sengajakah mereka membikin hukum baru? Terlepas dari sengaja atau tidak sengaja, pendapat-pendapat mereka sebenarnya jauh dari ilmu. Mereka tidak terlalu paham dengan islam. Mereka meninggalkan pentingnya ilmu. Padahal, kata yang paling banyak dalam Al Qur’an setelah kata “Allah” adalah kata “ilmu” dalam berbagai bentuk. Pemahaman islam akan semakin sulit jika ilmu yang mereka pelajari sedikit.
Sejarah yang merupakan salah satu cabang ilmu, memberi bukti bahwa Islam ditegakkan dengan ilmu. Dengan ilmu itulah pemahaman dapat dilaksanakan dengan penuh kepasrahan. Contoh yang dapat diambil adalah haramnya minuman keras diturunkan dengan berjenjang. Ketika pertama kali Rasulullah menemui masyarakat dengan budaya meminum minuman keras (khamr).
(Al Baqarah 219) Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya." Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.
(An Nisaa’ 43) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.
(AL Maa’idah 90-91) Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Referensi: Syamsi Ali (Imam Masjid New York)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar