Kamis, 31 Desember 2009

Pengingatku

Tatkala berhenti di sebuah trotoar, seorang ibu menyeka keringatnya dengan selendangnya. Setelah cukup, tangan kanannya kembali meraih bawaannya. Siang hari di bulan kemarau itu, ia kembali berjalan menuju jalan besar tempat bus biasa berhenti. Tubuh ibu itu harus sedikit melengkung ke kanan karena beratnya barang dagangan yang ia bawa. Sebuah karung besar berisi barang dagangan yang baru saja ia beli di kota akan dijual di desa. Tangan kirinya menggandeng anaknya.
Sebenarnya anak laki-lakinya yang berumur 4 tahun diminta tinggal sendirian di rumah sembari menunggu ayahnya pulang dari sawah. Tetapi anak itu merengek ketika ibunya mulai berangkat.
Tidak kuasa menahan hatinya, ia membawa anaknya ikut ke pasar di kota. Ketika melewati seorang penjual mainan, anak itu minta dibelikan mainan.
"Mobil-mobilan itu bagus, bu. Seperti punya Amir. Adik minta, bu."
Ibu itu menolak. Didekatinya kuping anaknya. Ia bisikkan sesuatu.
Si anak merengek sementara ibunya menatapnya. Tak lama kemudian anak itu menangis terisak-isak. Ibu itu merespon dengan menarik tangan anaknya mengajak anaknya pulang. Tapi anaknya makin keras tangisnya. Tubuh ibunya digoncangkan sekuat tenaganya.
Ibu itu kembali mendekati telinga anaknya, dibisikkan sesuatu lagi. Kali ini anak itu mau berjalan meski dengan sesenggukan. Air mata meleleh bersama keringat di wajahnya.
"Uang keluarga kita untuk makan, lagipula adik sudah punya mainan di rumah." Mereka pulang.
Sesampainya di rumah, ternyata ayahnya sudah membuatkan mobil-mobilan dari kulit kelapa yang diberi dua roda dan ditarik tali. Betapa girang anak itu. Segera ia menyahut tali itu sambil membawa mobil-mobilannya dengan berlari. Sampai-sampai mobil-mobilan itu bukannya berjalan melainkan terpelanting tidak karuan.
Keinginan anak itu yang tadi siang telah terkubur. Sampai akhirnya ketika ia bangun dari mimpi-mimpinya, ketika ia sudah beranjak dewasa, ia telah paham bahwa ada mimpi yang harus ia relakan tidak tercapai dan ada mimpi yang harus senantiasa ia kejar.
Ia masih ingat dengan bisikan ibunya ketika ia tidak dibelikaankan mobil-mobilan. Bisikan yang menguatkan batinnya. Sampai sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar