Selasa, 01 Juni 2010
Minyak Kayu Putih Pulau Buru
Jika mendengar nama Pulau Buru, ingatanku menyajikan pulau tempat pembuangan para Tahanan Politik (Tapol) dan Narapidana Politik (Napol) jaman dulu. Tempat membuang orang-orang dari Partai Komunis Indonesia (PKI).
Selain ingatan tersebut, pulau buru juga dikenal sebagai penghasil minyak kayu putih yang bagus. Minyak-minyaknya dikirim sampai ke pelosok Indonesia. Pulau Buru terletak di sebelah barat pulau Ambon, masuk Provinsi Maluku.
Perjalanan dari Pulau Ambon ke Pulau Buru dapat ditempuh menggunakan kapal. Kapal tersebut menghubungkan Pelabuhan Ambon dengan Pelabuhan Namlea. Ada kapal besar seperti KM Elizabeth II, ada pula kapal cepat. Jika naik kapal cepat, penumpang biasanya duduk di kursi yang menghadap depan layaknya naik pesawat. Waktu tempuh kapal cepat lebih sedikit daripada kapal besar. Laju kapal yang menerjang ombak dengan cepat membuat kapal seakan terpental-pental di atas permukaan air. Mirip perlombaan jet air di Dubai yang meluncur di air sambil terpental-pental.
Kalau naik kapal besar (ukuran sekitar 40 x 10 m), laju kapal lebih pelan tetapi tenang. Waktu tempuh dari Ambon ke Namlea dapat ditempuh sekitar 7 jam. Biasanya kapal berangkat malam sekitar jam 9 dan sampai di tujuan pagi sekitar jam 4. Itupun tidak tiap hari. Kalau tidak salah, seminggu dua kali. Kalau naik kelas biasa, dapat tidur di tempat tidur tingkat 2 di lambung kapal. Bagian atas kapal menjadi kamar-kamar kecil untuk kelas eksekutif. Satu kamar terdapat tempat tidur tingkat dua, pelampung, meja, cermin, selimut, dan bantal. Tiap dua kamar yang berdekatan diberi satu AC yang di-share untuk dua kamar. Tiket kelas ini 100 ribu per orang. Dengan kapal yang besar dan tenang, acara tidur pun lancar kalau sudah dia atas kasur. Tahu-tahu sudah sampai. Kapal yang sampai di Namlea pagi hari, akan kembali lagi ke Ambon pada malam harinya.
Kota Namlea masih jarang bangunannya tapi sudah cukup ramai. Sinyal pun ada. Jika mengelilingi Pulau Buru, akan disuguhi pemandangan pantai yang bersih dan bukit beserta sabana dan stepa. Jika sampai di Waspait, ada rest area beserta rumah makan dan perkebunan yang sangat terawat.
Kata penduduk setempat minyak kayu putih dibuat dari daun kayu putih yang disuling. Jika daunnya basah terkena hujan, akan menghasilkan minyak yang jelek kalau disuling. Pohon kayu putih di pulau ini memang banyak. Beberapa tumbuh liar. Kalau musim kemarau, antar batang pohon yang bergesekan karena tertiup angin bisa menimbulkan api. Meskipun terjadi kebakaran, pohon kayu putih bisa tumbuh lagi secara alami.
Kalau mau belanja minyak kayu putih, bisa langsung ke rumah penduduk setempat yang menyuling minyak. Kemasannya juga bagus. Harga minyak ukuran botol bir sedang berkisar 40 ribu. Kata penjualnya, minyak yang dibuatnya tidak dicampur bahan lain sehingga bisa diminum sedikit untuk menghangatkan perut kalau masuk angin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar