Jumat, 16 April 2010
Sahabat yang Sederhana
Pertama kali aku memperhatikan dirinya adalah ketika kami ada jadwal kuliah di lantai 3 pojok timur kampus kami yang tercinta. Ketika dosen belum datang, kami bercanda di luar kelas. Aku memperhatikan gaya dan penampilan anak ini. Memakai topi warna putih bergambar kartun. Sedikit pendiam tetapi santai. Agak berbeda dari teman-teman baruku yang lain. Kami berkenalan. Dia menyebut namanya yang singkat dan jelas.
Seiring berjalannya waktu, kami menjadi bagian dari persahabatan yang erat di teknik sipil. Semester awal dia mulai terlihat senang menggeluti ilmu-ilmu agama. Kajian-kajian yang cukup marak di lingkungan teknik sepertinya menjadi kesempatan tak ternilai harganya. Dia menjadi salah satu kekuatan penyeimbang di geng kami agar tidak terjerumus ke arah maksiat.
Kosnya yang pertama, di dekat penjual lotek. Sederhana. Menggambarkan sosok dirinya. Aku cukup nyaman bermain di kosnya yang pertama. Dari balik jendelanya terjulur sebuah kabel ground menuju tanah di depan kamarnya. Kakaknya juga kos di dekat situ. Setelah sekian lama, dia pindah kos.
Kosnya yang kedua agak turun kontur-nya. Kalau tidak salah biaya pertahun hanya 700 ribu. Kos termurah di kanan kiri kampus, setahuku.
Kadang kuliah di kampus tidak berurutan. Kadang pagi ada kuliah, siang tak ada, sore ada lagi. Jika ada jeda kuliah yang agak lama, aku yang rumahnya jauh, sering main ke kos sobat geng. Salah satunya kosnya dia. Kos inipun bagi geng kami cukup familiar. Jika mau lama mainnya, motor dibawa ke pinggir kamar dengan menuruni turunan lalu belok kiri. Jika mau main tidak lama, motor di parkir di atas (di sebelah utara sumur) lalu turun jalan kaki lewat tangga. Kadang-kadang ada anjing orang yang berdiam di tangga tersebut.
Dari kos itu, jika mau sholat, berjalan ke selatan lalu belok kiri dan belok kanan menyelinap diantara deretan rumah. Jika mau ditinggal sholat ke masjid, komputer sengaja dihidupkan dan dimainkan mp3-nya. Kadang kajiannya syaikh Utsaimin. Katanya, player sengaja dihidupkan agar orang lain mengira kamar itu ada orangnya. Kamar mandi letaknya di belakang. Kunci kamarnya diletakkan di sembunyikan di paku yang menancap dudukan tower air depan kamar mandi.
Aku dan dia satu kelompok tugas PBTS sehingga sering menghabiskan siang dan malam di kos tersebut. Jika siang, makan yang murah ada di kantin slemania. Jika malam ada di nasi goreng timur jalan yang termurah. 2.000 rupiah dapat nasi goreng. Abin sampai membawa mini componya agar bisa lembur sampai pagi. Jika pengin ngopi, tinggal colokkan heater. Jika tidur, satu bed untuk rama-ramai. Kipas angin menjadi teman setia pengusir panas. Banyak cerita tersaji di situ, mulai dari nembak senior kelas yang luput sampai rencana hidup yang lain. Kos kedua ini lebih bersejarah daripada yang pertama.
Dia sekarang kerja di sebuah BUMN. Pemuda yang dulu ngangeni itu masih tetep ngangeni. Impian menyempurnakan setengah diennya juga telah terlaksana kemarin 14 Maret 2010. Tulisan ini dibuat untuk sedikit mengenang masa bujangan saudara, sobat, dan teman perjuangan bernama Amin yang telah tehenti kemarin. Sekaligus sebagai ucapan pernikahan kedua mempelai. Selamat menempuh hidup baru buat Mas Amin dan Mbak Indah. Teriring doa semoga berdua bahagia dan ukhuwah dengan kami tetap terjaga.
Afwan jika ada yang salah dan tidak berkenan...
Langganan:
Postingan (Atom)